Bagi manajer laboratorium farmasi, biaya reagen yang terus meningkat sering kali menjadi beban terbesar dalam anggaran operasional. Setiap botol yang terbuang karena kedaluwarsa atau metode yang tidak efisien adalah kerugian finansial yang nyata. Namun, bagaimana jika Anda bisa mengubah pos pengeluaran ini menjadi aset strategis? Artikel ini bukan sekadar daftar tips, melainkan sebuah panduan komprehensif untuk mentransformasi manajemen reagen dari sumber pemborosan menjadi pilar efisiensi, tanpa pernah mengorbankan kualitas dan kepatuhan. Kami akan menguraikan sistem yang terbukti berhasil, yang berdiri di atas tiga pilar utama: manajemen inventaris yang cerdas, optimalisasi metode analisis, dan pemanfaatan teknologi modern.
- Mengapa Penghematan Reagen adalah Prioritas Strategis?
- Pilar #1: Manajemen Inventaris & Pengadaan yang Cerdas
- Pilar #2: Optimalisasi Metode Analisis untuk Efisiensi Maksimal
- Pilar #3: Peran Teknologi dan Otomatisasi dalam Penghematan
- Menjaga Kualitas dan Kepatuhan Tanpa Kompromi
- Membangun Budaya Hemat Reagen di Laboratorium
- Kesimpulan
- References
Mengapa Penghematan Reagen adalah Prioritas Strategis?
Memandang penghematan reagen hanya sebagai cara memotong biaya adalah pandangan yang terlalu sempit. Ini adalah inisiatif strategis dengan dampak luas yang menyentuh pilar finansial, lingkungan, dan keselamatan operasional laboratorium. Mengabaikannya berarti membiarkan “biaya tersembunyi” menggerogoti efisiensi dan profitabilitas.
Dampak finansial dari pemborosan reagen sangat signifikan. Biaya ini tidak hanya mencakup harga pembelian, tetapi juga biaya pengiriman, penyimpanan khusus, dan pembuangan limbah yang mahal. Sebagai contoh nyata, selama masa pandemi, harga reagen menjadi komponen terbesar yang menentukan biaya tes PCR di Indonesia, dengan harga standar reagen saja bisa mencapai Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per tes[4]. Ini menunjukkan bagaimana harga satu komponen dapat secara drastis mempengaruhi biaya layanan secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, World Health Organization (WHO) dalam buku panduannya menegaskan bahwa “manajemen pembelian dan inventaris yang tepat dapat menghasilkan penghematan biaya selain memastikan pasokan dan reagen tersedia saat dibutuhkan”[1].
Dari sisi lingkungan, pemborosan reagen kimia berkontribusi pada peningkatan limbah berbahaya. Pembuangan yang tidak sesuai prosedur dapat mencemari tanah dan air, melanggar regulasi lingkungan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta merusak reputasi perusahaan. Terakhir, manajemen reagen yang buruk menciptakan risiko keselamatan. Stok yang menumpuk, pelabelan yang tidak jelas, atau penyimpanan yang salah dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja, seperti tumpahan bahan kimia berbahaya atau reaksi yang tidak diinginkan. Untuk informasi lebih mendalam mengenai praktik pembuangan yang bertanggung jawab, panduan seperti Chemical Waste Management Guidelines dapat menjadi sumber daya yang berharga.
Pilar #1: Manajemen Inventaris & Pengadaan yang Cerdas
Fondasi dari setiap strategi penghematan reagen yang sukses adalah kontrol penuh atas apa yang Anda miliki dan bagaimana Anda memperolehnya. Tanpa sistem yang solid, laboratorium rentan terhadap pemborosan akibat stok kedaluwarsa dan pembelian yang tidak efisien. Praktik manajemen inventaris dan pengadaan yang cerdas adalah langkah pertama untuk mengubah reagen dari pos biaya menjadi aset yang terkelola dengan baik.
Standar industri global, seperti yang diuraikan oleh Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) dalam pedoman QMS21, memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mengembangkan proses kualifikasi pemasok, pengadaan, penerimaan, dan pengelolaan inventaris[2]. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ini dan menggunakan model finansial seperti Economic Order Quantity (EOQ), manajer lab dapat membuat keputusan berbasis data yang mengoptimalkan biaya dan ketersediaan. Untuk meningkatkan efisiensi lebih lanjut, sistem modern seperti Managing Laboratory Information Systems dapat membantu melacak penggunaan dan level stok secara akurat.
Menerapkan Sistem FIFO dan FEFO: Praktik Terbaik
Dua metode fundamental dalam manajemen stok adalah FIFO (First-In, First-Out) dan FEFO (First-Expired, First-Out).
- FIFO (First-In, First-Out): Sistem ini menggunakan reagen yang pertama kali masuk ke dalam stok. Ini adalah praktik yang baik, tetapi tidak memperhitungkan tanggal kedaluwarsa yang mungkin bervariasi antar batch.
- FEFO (First-Expired, First-Out): Sistem ini memprioritaskan penggunaan reagen dengan tanggal kedaluwarsa paling dekat. Untuk laboratorium farmasi di mana validitas reagen sangat krusial, FEFO adalah standar emas yang secara drastis mengurangi pemborosan akibat produk kedaluwarsa. Sebuah analisis dari Universitas Diponegoro menyoroti pentingnya metode seperti FIFO untuk efisiensi inventaris, dan FEFO adalah evolusi logis dari prinsip tersebut untuk produk dengan masa simpan terbatas[10].
Langkah Praktis Implementasi FEFO:
- Pelabelan Jelas: Saat menerima reagen baru, segera tandai dengan jelas tanggal penerimaan dan tanggal kedaluwarsa di lokasi yang mudah terlihat.
- Organisasi Fisik: Atur rak penyimpanan sehingga reagen dengan tanggal kedaluwarsa terdekat berada di bagian depan atau paling mudah dijangkau.
- Kode Warna: Gunakan stiker berwarna untuk menandai tahun atau kuartal kedaluwarsa (misalnya, merah untuk kedaluwarsa dalam 3 bulan, kuning untuk 6 bulan).
- Sistem Digital: Gunakan spreadsheet sederhana atau LIMS (Laboratory Information Management System) untuk mencatat semua reagen, tanggal masuk, dan tanggal kedaluwarsa untuk pemantauan yang mudah.
Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) untuk Pembelian Optimal
Salah satu dilema terbesar dalam pengadaan adalah menyeimbangkan keuntungan dari pembelian dalam jumlah besar (bulk buying) dengan risiko pemborosan akibat kedaluwarsa. Model Economic Order Quantity (EOQ) adalah alat manajemen finansial yang membantu menyelesaikan masalah ini. EOQ menghitung jumlah pesanan ideal yang meminimalkan total biaya inventaris, termasuk biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Secara sederhana, formula EOQ membantu Anda menemukan titik manis di mana memesan lebih sering dalam jumlah kecil menjadi lebih mahal daripada biaya menyimpan pesanan dalam jumlah besar.
Formula EOQ Sederhana:
EOQ = √ (2 x D x S / H)
- D: Permintaan tahunan (jumlah unit yang Anda gunakan per tahun)
- S: Biaya pemesanan (biaya tetap per pesanan, termasuk administrasi dan pengiriman)
- H: Biaya penyimpanan per unit per tahun (biaya untuk menyimpan satu unit reagen selama setahun, termasuk pendinginan dan ruang)
Contoh Hipotetis: Jika lab Anda menggunakan 100 kit reagen per tahun (D), biaya setiap kali memesan adalah Rp 50.000 (S), dan biaya menyimpan satu kit selama setahun adalah Rp 10.000 (H), maka EOQ Anda adalah √(2 x 100 x 50.000 / 10.000) = √1000 = ~32 unit. Ini berarti, secara teoretis, memesan 32 kit setiap kali adalah cara paling hemat biaya.
Strategi Pengadaan: Kapan Harus Membuat Reagen Sendiri?
Membuat reagen sendiri (in-house) bisa menjadi strategi penghematan yang sangat efektif, tetapi memerlukan analisis biaya-manfaat yang cermat.
- Keuntungan: Penghematan biaya yang signifikan adalah daya tarik utama. Sebuah studi dari Universitas Padjadjaran menemukan bahwa produksi reagen lokal dapat memangkas biaya hingga 50% dibandingkan produk impor[5]. Ini juga memberikan kontrol lebih besar atas ketersediaan dan formulasi.
- Tantangan: Membuat reagen sendiri membutuhkan waktu, tenaga kerja terampil, dan yang terpenting, proses kendali mutu yang ketat. Seperti yang ditekankan dalam materi dari Poltekkes Aceh tentang Kendali Mutu Laboratorium, setiap reagen yang dibuat secara in-house harus melalui proses validasi yang teliti untuk memastikan akurasi, presisi, dan stabilitasnya setara dengan standar komersial[6].
Kapan Sebaiknya Membuat Reagen Sendiri?
- Ketika reagen yang digunakan bervolume tinggi dan formulanya sederhana.
- Ketika biaya reagen komersial sangat tinggi dan tidak proporsional.
- Ketika laboratorium memiliki kapasitas, peralatan, dan personel yang memadai untuk melakukan validasi dan kontrol kualitas secara konsisten.
Pilar #2: Optimalisasi Metode Analisis untuk Efisiensi Maksimal
Penghematan paling signifikan sering kali berasal dari sumbernya langsung: metode analisis itu sendiri. Dengan mengoptimalkan protokol pengujian, laboratorium dapat mengurangi jumlah reagen yang dikonsumsi per sampel, yang jika dikalikan ribuan pengujian akan menghasilkan penghematan besar. Pendekatan ini tidak hanya memotong biaya tetapi juga sejalan dengan praktik laboratorium yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dasar dari pendekatan ini adalah Green Analytical Chemistry (GAC), sebuah kerangka kerja ilmiah yang bertujuan untuk membuat proses analisis lebih aman dan efisien. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah artikel peer-review di jurnal Analytica, GAC berupaya menyelaraskan proses analisis dengan tujuan keberlanjutan melalui 12 prinsipnya, termasuk pencegahan limbah dan penggunaan reagen yang lebih aman[3]. Sebagai contoh nyata, sebuah studi dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai menunjukkan bagaimana optimalisasi konsentrasi reagen yodium Florance dapat menghasilkan hasil yang valid dengan penggunaan bahan kimia yang lebih sedikit[8].
Prinsip Green Chemistry di Laboratorium Farmasi
Mengadopsi pola pikir Green Chemistry adalah langkah strategis menuju laboratorium yang lebih efisien dan bertanggung jawab. Meskipun ada 12 prinsip, beberapa di antaranya sangat relevan untuk penghematan reagen di lab farmasi. Seperti yang dibahas dalam materi dari Universitas Trilogi, penerapan prinsip-prinsip ini secara langsung mengurangi penggunaan dan pemborosan reagen[7].
Prinsip Kunci untuk Diadopsi:
- Pencegahan Limbah (Prinsip #1): Lebih baik mencegah timbulnya limbah daripada mengolahnya setelah terbentuk. Ini adalah inti dari optimalisasi metode.
- Desain Bahan Kimia yang Lebih Aman (Prinsip #4): Jika memungkinkan, gunakan atau buat reagen yang memiliki toksisitas rendah namun tetap efektif.
- Gunakan Pelarut yang Lebih Aman (Prinsip #5): Kurangi penggunaan pelarut organik yang mudah menguap dan berbahaya, ganti dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti air atau etanol jika metode mengizinkan.
- Desain untuk Efisiensi Energi (Prinsip #6): Jalankan reaksi pada suhu dan tekanan ruangan jika memungkinkan untuk mengurangi biaya energi.
- Analisis Real-Time untuk Pencegahan Polusi (Prinsip #11): Gunakan metode analitik yang memungkinkan pemantauan secara real-time untuk mencegah kegagalan pengujian yang akan membuang sampel dan reagen.
Teknik Miniaturisasi dan Modifikasi Metode
Salah satu cara paling praktis untuk menerapkan Green Chemistry adalah melalui miniaturisasi—mengurangi skala pengujian. Banyak metode tradisional dirancang dengan volume besar yang tidak lagi diperlukan oleh instrumen modern yang lebih sensitif.
Langkah-langkah untuk Miniaturisasi:
- Evaluasi Protokol: Identifikasi metode dengan volume reagen tertinggi yang sering digunakan.
- Skala Turun Proporsional: Kurangi volume semua reagen, standar, dan sampel secara proporsional (misalnya, kurangi semua volume hingga 50%).
- Validasi Ulang: Ini adalah langkah krusial. Lakukan validasi metode yang diperkecil untuk memastikan akurasi, presisi, linearitas, dan batas deteksinya masih memenuhi persyaratan mutu. Tanpa validasi, penghematan biaya menjadi tidak berarti.
- Dokumentasi: Perbarui Prosedur Operasi Standar (SOP) dengan metode yang telah divalidasi dan disetujui.
Sebagai contoh, penelitian dari UIN Sunan Kalijaga mendemonstrasikan bagaimana metode Kjeldahl, sebuah prosedur klasik, dapat dimodifikasi untuk meningkatkan efisiensinya[9]. Pendekatan serupa dapat diterapkan pada berbagai pengujian lain di laboratorium QC farmasi.
Pilar #3: Peran Teknologi dan Otomatisasi dalam Penghematan
Di era modern, teknologi dan otomatisasi bukan lagi sebuah kemewahan, melainkan alat strategis yang fundamental untuk mencapai tingkat efisiensi dan presisi yang lebih tinggi. Dalam konteks penghematan reagen, investasi pada teknologi yang tepat dapat memberikan pengembalian yang signifikan dengan mengurangi pemborosan akibat kesalahan manusia dan mengoptimalkan penggunaan bahan kimia dalam setiap pengujian. Sistem seperti LIMS (Laboratory Information Management Systems) juga memainkan peran penting dalam melacak konsumsi reagen secara akurat, memberikan data untuk keputusan pengadaan yang lebih baik, dan menandai stok yang mendekati tanggal kedaluwarsa.
Bagaimana Otomatisasi Mengurangi Pemborosan Reagen?
Otomatisasi secara langsung mengatasi beberapa penyebab utama pemborosan reagen di laboratorium. Sistem otomatis, seperti liquid handler atau autotitrator, dirancang untuk presisi dan konsistensi yang jauh melampaui kemampuan manusia.
Manfaat Utama Otomatisasi:
- Dispensasi Presisi: Sistem otomatis dapat mengeluarkan volume reagen dalam skala mikroliter dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi, menghilangkan pemborosan akibat “sedikit tambahan untuk memastikan” yang sering terjadi pada proses manual.
- Mengurangi Kesalahan Manusia: Kesalahan dalam persiapan sampel atau penambahan reagen dapat menyebabkan seluruh rangkaian pengujian harus diulang, yang berarti membuang waktu, sampel, dan reagen yang berharga. Otomatisasi meminimalkan risiko ini.
- Memungkinkan Pengujian Volume Rendah: Teknologi seperti pembaca microplate memungkinkan ratusan pengujian dilakukan secara bersamaan dengan volume reagen yang sangat kecil, sebuah skala yang hampir mustahil dicapai secara manual dengan efisien.
- Konsistensi Antar Pengguna: Otomatisasi memastikan setiap pengujian dilakukan dengan cara yang sama persis, terlepas dari siapa analis yang bertugas, meningkatkan reprodusibilitas hasil dan mengurangi variabilitas yang dapat menyebabkan pengulangan.
Menghitung Return on Investment (ROI) untuk Teknologi Baru
Salah satu tantangan terbesar bagi manajer laboratorium adalah meyakinkan manajemen untuk berinvestasi dalam teknologi baru, terutama dengan anggaran yang terbatas. Kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan menyajikan kasus bisnis yang kuat berdasarkan perhitungan Return on Investment (ROI) yang jelas. Ini mengubah permintaan dari “biaya” menjadi “investasi strategis”.
Kerangka Sederhana untuk Menghitung ROI:
- Hitung Total Biaya Investasi: Ini bukan hanya harga pembelian alat. Sertakan biaya instalasi, pelatihan, dan kontrak servis tahunan. Ini dikenal sebagai Total Cost of Ownership.
- Kuantifikasi Penghematan Tahunan:
- Penghematan Reagen: Perkirakan pengurangan biaya reagen per tahun berdasarkan volume yang lebih kecil dan pengurangan pengulangan pengujian. (Contoh: Menghemat 20% dari anggaran reagen tahunan sebesar Rp 500 juta = Rp 100 juta/tahun).
- Penghematan Tenaga Kerja: Hitung waktu analis yang dihemat karena proses otomatis, yang dapat dialihkan ke tugas bernilai lebih tinggi. (Contoh: Menghemat 10 jam/minggu @ Rp 100.000/jam = Rp 52 juta/tahun).
- Pengurangan Tingkat Kegagalan: Perkirakan biaya dari pengulangan pengujian yang dapat dihindari.
- Hitung ROI:
- Periode Pengembalian (Payback Period): Total Biaya Investasi / Total Penghematan Tahunan. (Contoh: Alat seharga Rp 300 juta / penghematan Rp 152 juta/tahun = ~2 tahun. Artinya, investasi akan lunas dalam waktu kurang dari 2 tahun).
Dengan menyajikan data seperti ini, proposal investasi menjadi jauh lebih meyakinkan.
Menjaga Kualitas dan Kepatuhan Tanpa Kompromi
Prinsip paling fundamental yang harus dipegang teguh adalah: strategi penghematan reagen tidak boleh sekalipun mengorbankan kualitas, akurasi, dan kepatuhan. Dalam industri farmasi yang sangat teregulasi, integritas data dan keamanan pasien adalah hal yang tidak bisa ditawar. Setiap inisiatif efisiensi harus diimplementasikan dalam kerangka kerja sistem manajemen mutu yang solid.
Semua praktik laboratorium harus selaras dengan standar otoritatif seperti Good Laboratory Practices (GLP) dan ISO 17025. Standar-standar ini menyediakan pedoman yang ketat untuk semua aspek operasional, termasuk kualifikasi reagen, kalibrasi instrumen, validasi metode, dan dokumentasi. Saat memodifikasi metode atau membuat reagen in-house, proses validasi yang terdokumentasi dengan baik adalah wajib untuk membuktikan bahwa perubahan tersebut tidak mempengaruhi keandalan hasil. Untuk pemahaman yang lebih dalam, sumber daya seperti Good Laboratory Practices (GLP) Overview sangat direkomendasikan.
Membangun Budaya Hemat Reagen di Laboratorium
Strategi dan teknologi terbaik pun akan gagal tanpa dukungan dari tim yang melaksanakannya. Penghematan reagen yang berkelanjutan bukanlah proyek satu kali, melainkan hasil dari budaya efisiensi yang tertanam dalam setiap kegiatan sehari-hari. Tanggung jawab ini tidak hanya terletak pada manajer, tetapi pada setiap analis di laboratorium.
Membangun budaya ini dimulai dengan kepemimpinan yang jelas. Manajer harus secara aktif mengkomunikasikan pentingnya penghematan reagen, tidak hanya dari segi biaya tetapi juga sebagai bagian dari praktik kerja yang profesional dan bertanggung jawab.
Langkah-langkah Membangun Budaya Efisiensi:
- Pelatihan dan Edukasi: Latih tim tentang praktik terbaik, seperti teknik pipet yang benar, cara membaca meniskus secara akurat, dan pentingnya sistem FEFO.
- Tetapkan Ekspektasi yang Jelas: Masukkan efisiensi penggunaan reagen sebagai bagian dari evaluasi kinerja.
- Visualisasikan Praktik Terbaik: Buat dan pasang poster sederhana “Do’s and Don’ts” di area kerja untuk mengingatkan tim tentang praktik-praktik kunci.
- Berdayakan Tim: Ajak analis untuk memberikan saran tentang cara mengoptimalkan metode yang mereka jalankan setiap hari. Mereka sering kali memiliki wawasan paling praktis.
Dengan menumbuhkan rasa kepemilikan bersama, penghematan reagen menjadi upaya kolektif yang menguntungkan semua pihak. Untuk panduan yang lebih luas tentang praktik manajemen laboratorium, Guide to Better Laboratory Management Practices menawarkan wawasan tambahan yang bermanfaat.
Kesimpulan
Mengelola reagen secara efektif adalah lebih dari sekadar tugas administratif; ini adalah disiplin strategis yang secara langsung mempengaruhi kesehatan finansial dan integritas ilmiah sebuah laboratorium farmasi. Dengan menerapkan tiga pilar utama—Manajemen Inventaris & Pengadaan yang Cerdas, Optimalisasi Metode Analisis, dan Pemanfaatan Teknologi—manajer laboratorium dapat secara sistematis mengubah pos pengeluaran yang boros menjadi sumber efisiensi yang terukur. Ini adalah transformasi dari manajemen reagen sebagai biaya operasional menjadi sebuah keunggulan strategis yang meningkatkan kinerja keuangan sekaligus menjunjung tinggi standar kualitas.
Langkah pertama untuk memulai perjalanan ini adalah dengan melakukan audit sederhana terhadap biaya dan pemborosan reagen di laboratorium Anda. Identifikasi area pemborosan terbesar dan mulailah menerapkan satu atau dua strategi yang diuraikan dalam panduan ini. Dengan pendekatan yang konsisten, Anda akan melihat dampak positif tidak hanya pada anggaran, tetapi juga pada keseluruhan budaya efisiensi di tim Anda.
Untuk perusahaan yang ingin mengoptimalkan operasional laboratorium dan memenuhi kebutuhan akan instrumen pengukuran dan pengujian yang presisi, CV. Java Multi Mandiri hadir sebagai mitra strategis. Sebagai supplier dan distributor alat ukur dan uji yang melayani klien bisnis dan aplikasi industri, kami memahami tantangan yang Anda hadapi. Kami dapat membantu perusahaan Anda dalam penyediaan reagents maupun menemukan peralatan yang tepat untuk mendukung strategi efisiensi reagen, mulai dari autotitrator hingga sistem manajemen laboratorium lainnya. Untuk diskusikan kebutuhan perusahaan Anda, tim ahli kami siap membantu.
Rekomendasi Reagents
References
- World Health Organization. (2011). Laboratory Quality Management System Handbook. WHO Press. Diakses dari https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/44665/9789241548274_eng.pdf?sequence=1
- Clinical and Laboratory Standards Institute. (N.D.). QMS21 | Purchasing and Inventory Management. CLSI. Diakses dari https://clsi.org/shop/standards/qms21/
- Meher, A. K., & Zarouri, A. (2023). Green Analytical Chemistry—Recent Innovations. Analytica, 6(1), 10. Diakses dari https://www.mdpi.com/2673-4532/6/1/10
- Kompas.com & Detik Finance. (2021). [Pelaporan mengenai harga tes PCR dan reagen di Indonesia]. (Temuan gabungan dari berbagai laporan berita).
- Universitas Padjadjaran. (N.D.). [Artikel mengenai produksi reagen lokal]. Kerjasama.unpad.ac.id. Diakses dari https://kerjasama.unpad.ac.id/269-2/
- Poltekkes Aceh. (N.D.). Kendali Mutu Laboratorium. Tlm.poltekkesaceh.ac.id. Diakses dari https://tlm.poltekkesaceh.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/Kendali-Mutu_SC.pdf
- Universitas Trilogi. (N.D.). Pengelolaan Laboratorium. Info.trilogi.ac.id. Diakses dari http://info.trilogi.ac.id/repository/assets/uploads/PGSD/cc198-pengelolaan-laboratorium.pdf
- Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. (N.D.). [Artikel mengenai optimalisasi reagen yodium Florance]. Journal.universitaspahlawan.ac.id. Diakses dari https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/download/44266/28040/150207
- UIN Sunan Kalijaga. (N.D.). [Artikel mengenai peningkatan metode Kjeldahl]. Ejournal.uin-suka.ac.id. Diakses dari https://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/integratedlab/article/view/2799/1968
- Universitas Diponegoro. (N.D.). [Makalah analisis efisiensi inventaris reagen]. Eprints.undip.ac.id. Diakses dari https://eprints.undip.ac.id/14711/1/2005MIKM4544.pdf