Turbidity Meter untuk Jamin Kualitas & Keamanan Pangan

Turbidity meter testing a cloudy food sample on a wooden workbench, emphasizing food quality and safety control.

Pernahkah Anda, sebagai pemilik bisnis makanan dan minuman, merasa frustrasi karena produk andalan Anda hari ini terlihat keruh, padahal kemarin jernih sempurna? Atau menerima keluhan pelanggan bahwa rasa sirup buatan Anda tidak konsisten dari botol ke botol? Masalah ini bukan sekadar persoalan penampilan; ini adalah cerminan dari inkonsistensi yang menggerogoti kepercayaan pelanggan dan membahayakan reputasi bisnis Anda.

Inkonsistensi adalah musuh utama pertumbuhan industri makanan & minuman. Ia menciptakan keraguan di benak konsumen dan menjadi penghalang besar saat Anda ingin meningkatkan skala produksi. Di dunia yang kompetitif, mengandalkan penilaian subjektif atau “kira-kira” untuk menjaga kualitas produk adalah sebuah pertaruhan besar. Risiko kontaminasi dan ketidakpuasan pelanggan terlalu tinggi untuk diabaikan.

Artikel ini adalah panduan praktis Anda untuk beralih dari sekadar menebak-nebak menjadi penjamin kualitas. Kami akan mengupas tuntas bagaimana sebuah alat bernama turbidity meter dapat menjadi solusi objektif dan berbasis data untuk menjamin kualitas produk makanan dan minuman Anda. Inilah playbook definitif bagi para pelaku UMKM pangan di Indonesia untuk menguasai pengukuran turbiditas, menghilangkan inkonsistensi, dan memenuhi standar keamanan pangan yang berlaku.

  1. Mengapa Kualitas & Keamanan Pangan Adalah Kunci Sukses Bisnis UMKM
    1. Dampak Nyata Inkonsistensi Produk bagi Reputasi Brand
    2. Risiko Tersembunyi di Balik Produk yang Keruh: Kontaminasi
  2. Memahami Turbiditas: Indikator Kunci Kualitas Produk Anda
  3. Panduan Praktis: Cara Mengukur Kekeruhan pada Produk Makanan
    1. Memilih Alat yang Tepat: Turbidity Meter Portable vs. Benchtop
    2. Langkah-Langkah Pengukuran dari A sampai Z
  4. Aplikasi Nyata: Peran Turbidity Meter di Berbagai Produk Makanan
  5. Dari Pengukuran ke Standar: Mengintegrasikan Turbiditas dalam Sistem QC
    1. Menetapkan Standar Kualitas (Quality Benchmark) untuk Produk Anda
  6. FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Turbidity Meter Makanan
    1. Apakah minuman yang jernih (NTU rendah) sudah pasti aman?
    2. Berapa biaya investasi untuk sebuah turbidity meter?
    3. Seberapa sering saya harus mengkalibrasi alat?
  7. Kesimpulan: Dari Menebak-nebak Menjadi Penjamin Kualitas
  8. References

Mengapa Kualitas & Keamanan Pangan Adalah Kunci Sukses Bisnis UMKM

Sebelum membahas teknis alat ukur, penting untuk memahami mengapa kualitas dan keamanan pangan menjadi fondasi bisnis yang berkelanjutan. Dalam industri makanan, produk bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal kepercayaan. Setiap kemasan yang dibuka oleh pelanggan adalah ujian bagi reputasi brand Anda.

Menurut World Health Organization (WHO), konsumen sangat bergantung pada indra mereka untuk menilai kualitas air minum atau produk pangan. Produk yang sangat keruh, berwarna aneh, atau memiliki bau tidak sedap dapat dianggap tidak aman oleh konsumen dan akan ditolak, terlepas dari apakah produk tersebut benar-benar berbahaya atau tidak[1]. Ini menunjukkan bahwa persepsi visual, seperti kejernihan, secara langsung memengaruhi keputusan pembelian dan kepercayaan pelanggan.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendefinisikan makanan yang baik sebagai makanan yang bergizi, bersih, dan bebas dari bahan berbahaya. Keamanan pangan adalah syarat mutlak, memastikan produk bebas dari kontaminasi bakteri maupun bahan lain yang merugikan[2]. Menjaga standar ini bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga komitmen moral kepada konsumen dan kunci untuk membangun brand yang kuat dan tepercaya. Pada akhirnya, konsistensi adalah pendorong utama kepuasan pelanggan dan loyalitas yang membuat mereka kembali lagi.

Dampak Nyata Inkonsistensi Produk bagi Reputasi Brand

Bayangkan seorang pelanggan setia membeli sebotol jus mangga favoritnya dari brand Anda. Minggu lalu, warnanya cerah dan rasanya segar. Minggu ini, warnanya sedikit lebih kusam dan ada endapan tipis di dasar botol. Seketika, keraguan muncul. Apakah resepnya berubah? Apakah produk ini masih segar?

Inilah dampak nyata dari inkonsistensi. Variasi dari satu batch ke batch lainnya—baik dalam rasa, tekstur, aroma, maupun penampilan—secara langsung menyebabkan:

  • Keluhan Pelanggan: Ketidakpuasan yang disuarakan melalui media sosial atau ulasan online dapat merusak citra brand dengan cepat.
  • Hilangnya Loyalitas: Pelanggan membeli produk Anda karena mereka mengharapkan pengalaman yang sama setiap saat. Ketika ekspektasi itu tidak terpenuhi, mereka akan dengan mudah beralih ke kompetitor.
  • Hambatan Skalabilitas: Seperti yang sering dibahas oleh para ahli bisnis kuliner, konsistensi adalah landasan untuk bisnis yang dapat diskalakan, terutama jika Anda bercita-cita membuka cabang atau sistem waralaba (franchise). Tanpa standar yang jelas, mustahil untuk mereplikasi kesuksesan di lokasi yang berbeda.

Risiko Tersembunyi di Balik Produk yang Keruh: Kontaminasi

Kekeruhan yang tidak diinginkan pada produk cair bukan hanya masalah estetika; ini adalah sinyal bahaya adanya potensi kontaminasi. Kontaminasi produk makanan secara umum dibagi menjadi tiga kategori:

  1. Biologis: Disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri (Salmonella, E. coli), virus, dan jamur. Ini adalah penyebab paling umum dari keracunan makanan.
  2. Kimia: Disebabkan oleh zat kimia berbahaya seperti pestisida, sisa pembersih, atau logam berat.
  3. Fisik: Disebabkan oleh benda asing seperti pecahan kaca, serpihan logam, atau plastik.

Tingkat kekeruhan (turbiditas) yang tinggi memiliki kaitan erat dengan risiko kontaminasi biologis. Partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam cairan dapat menjadi “tumpangan” bagi bakteri dan virus. Lebih buruk lagi, partikel ini dapat menciptakan efek “perisai partikel” (particle shielding), di mana mikroba bersembunyi di balik partikel tersebut, melindunginya dari proses disinfeksi seperti klorinasi atau pasteurisasi. Inilah alasan utama mengapa organisasi kesehatan global seperti WHO menetapkan batas turbiditas yang sangat ketat untuk air minum. Kekeruhan yang rendah adalah prasyarat untuk memastikan proses disinfeksi berjalan efektif dan produk aman dikonsumsi.

Memahami Turbiditas: Indikator Kunci Kualitas Produk Anda

Turbiditas adalah ukuran kejernihan relatif suatu cairan. Secara sederhana, ini adalah tingkat “kekeruhan” atau “berkabut” yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel padat yang sangat kecil dan tersuspensi (tidak larut) di dalam cairan tersebut. Partikel ini bisa berupa sedimen, protein, mikroorganisme, atau koloid lainnya.

Untuk mengukur turbiditas secara objektif, digunakan alat yang disebut turbidity meter atau nephelometer. Cara kerjanya didasarkan pada prinsip optik yang disebut nephelometry. Bayangkan Anda menyinari segelas air jernih dengan senter di ruangan gelap. Anda tidak akan melihat berkas cahaya di dalam air. Sekarang, tambahkan sedikit susu ke dalam air dan sinari lagi. Anda akan melihat berkas cahaya dengan jelas karena cahaya tersebut dipantulkan dan disebarkan oleh partikel-partikel susu.

Prinsip inilah yang digunakan turbidity meter:

  1. Sebuah sumber cahaya memancarkan sinar ke dalam sampel produk cair Anda.
  2. Jika ada partikel tersuspensi, partikel-partikel tersebut akan menyebarkan (scatter) cahaya ke segala arah.
  3. Sebuah detektor yang ditempatkan pada sudut 90 derajat dari sumber cahaya akan mengukur intensitas cahaya yang tersebar.
  4. Semakin banyak partikel dalam sampel, semakin banyak cahaya yang tersebar, dan semakin tinggi pembacaan turbiditas.

Hasil pengukuran ini dinyatakan dalam satuan Nephelometric Turbidity Units (NTU). Semakin tinggi nilai NTU, semakin keruh cairan tersebut. Metode pengukuran ini telah distandarisasi secara internasional, salah satunya melalui ISO 7027, untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan di seluruh dunia. Untuk pemahaman ilmiah yang lebih mendalam, Anda dapat merujuk ke sumber seperti Understanding Turbidity (USGS).

Panduan Praktis: Cara Mengukur Kekeruhan pada Produk Makanan

Mengadopsi pengukuran turbiditas dalam proses quality control (QC) Anda lebih mudah dari yang dibayangkan. Ini adalah langkah transformatif dari penilaian kualitatif (“terlihat jernih”) menjadi data kuantitatif (“turbiditas 0.5 NTU”) yang dapat Anda lacak, standarisasi, dan kontrol.

Memilih Alat yang Tepat: Turbidity Meter Portable vs. Benchtop

Langkah pertama adalah memilih alat yang sesuai dengan kebutuhan dan skala bisnis Anda. Secara umum, ada dua jenis turbidity meter:

Fitur Turbidity Meter Portable Turbidity Meter Benchtop
Penggunaan Ideal untuk pengecekan cepat di area produksi, penerimaan bahan baku, atau di lapangan. Dirancang untuk analisis yang lebih presisi di lingkungan laboratorium.
Akurasi Akurasi baik untuk sebagian besar aplikasi QC. Akurasi dan presisi sangat tinggi, seringkali dibutuhkan untuk riset atau standar yang sangat ketat.
Biaya Umumnya lebih terjangkau, menjadi pilihan tepat untuk UMKM. Investasi lebih besar, lebih cocok untuk laboratorium QC skala besar.
Ukuran Kecil, ringan, dan mudah dibawa. Lebih besar, membutuhkan ruang khusus di atas meja laboratorium.
Contoh Aplikasi Memeriksa kejernihan sirup sebelum dibotolkan, memantau air bilasan, menguji sampel jus di lini produksi. Menganalisis sampel untuk pengembangan produk baru, validasi proses, pelaporan kepatuhan regulasi.

Rekomendasi untuk UMKM: Untuk sebagian besar bisnis makanan dan minuman skala kecil hingga menengah, turbidity meter portable adalah pilihan yang paling efektif dari segi biaya dan fungsionalitas. Alat ini memberikan data yang cukup akurat untuk menjaga konsistensi dan keamanan produk sehari-hari tanpa memerlukan investasi besar atau laboratorium khusus.

Contoh turbidity meter portable dari brand HANNA Instrument salah satunya adalah Turbidity (EPA) Portable Meter HI98703. Sedangkan contoh turbidity meter benchtop untuk kebutuhan laboratorium terdapat EPA Compliant Benchtop Turbidity Meter HI88703. Untuk produk turbidity meter lainnya Anda bisa lihat selengkapnya di sini.

Langkah-Langkah Pengukuran dari A sampai Z

Menggunakan turbidity meter adalah proses yang sederhana jika Anda mengikuti langkah-langkah yang benar. Berikut adalah panduan umum yang kredibilitasnya didukung oleh metode standar seperti EPA 180.1 dan ISO 7027:

  1. Kalibrasi Alat: Ini adalah langkah paling krusial. Sebelum sesi pengukuran, kalibrasi meter Anda menggunakan larutan standar (biasanya standar formazin) dengan nilai NTU yang diketahui. Ikuti petunjuk dari pabrikan alat Anda. Kalibrasi yang tepat memastikan semua pembacaan Anda akurat.
  2. Persiapan Sampel: Ambil sampel produk Anda secukupnya. Pastikan sampel mewakili seluruh batch (aduk perlahan jika perlu). Biarkan sampel beberapa saat agar gelembung udara yang dapat mengganggu pembacaan naik dan hilang.
  3. Penanganan Kuvet (Vial Sampel): Gunakan kuvet yang bersih, kering, dan bebas goresan. Pegang kuvet hanya pada bagian atas atau tutupnya untuk menghindari sidik jari pada area optik. Lap bagian luar kuvet dengan kain mikrofiber yang lembut sebelum dimasukkan ke dalam alat.
  4. Masukkan Sampel ke Kuvet: Tuang sampel ke dalam kuvet hingga tanda batas yang ditentukan. Pastikan tidak ada gelembung udara yang menempel di dinding dalam kuvet.
  5. Lakukan Pengukuran: Masukkan kuvet ke dalam kompartemen sampel pada meter, pastikan tanda orientasi pada kuvet sejajar dengan tanda pada alat. Tutup penutupnya dan tekan tombol baca.
  6. Catat Hasil: Tunggu hingga pembacaan di layar stabil, lalu catat hasilnya dalam NTU. Bandingkan hasil ini dengan standar kualitas yang telah Anda tetapkan untuk produk tersebut.

Tips Troubleshooting:

  • Pembacaan Tidak Stabil: Kemungkinan besar disebabkan oleh gelembung udara atau partikel yang masih bergerak. Biarkan sampel tenang lebih lama.
  • Hasil Terlalu Tinggi: Periksa kebersihan kuvet. Sidik jari, goresan, atau kondensasi dapat menyebabkan pembacaan yang salah.
  • Hasil Tidak Konsisten: Pastikan alat dikalibrasi dengan benar dan volume sampel di dalam kuvet selalu sama.

Aplikasi Nyata: Peran Turbidity Meter di Berbagai Produk Makanan

Teori dan langkah-langkah di atas menjadi lebih bermakna ketika diterapkan pada produk spesifik yang relevan bagi UMKM di Indonesia. Turbidity meter bukanlah alat untuk satu jenis produk saja, melainkan alat serbaguna untuk quality control.

Berikut adalah beberapa contoh aplikasinya:

Jenis Produk Mengapa Turbiditas Penting? Contoh Target Kualitas
Jus Buah & Minuman Teh Mengontrol kejernihan (untuk produk jernih), memantau efektivitas filtrasi, indikator awal pembusukan atau pertumbuhan mikroba. Jus apel jernih: < 2.0 NTU. Teh kemasan: < 1.0 NTU.
Minyak Goreng Kejernihan adalah indikator utama kemurnian. Kekeruhan dapat menandakan adanya kontaminasi air, partikel, atau degradasi minyak. Sangat rendah, mendekati 0 NTU.
Sirup & Pemanis Cair Memastikan konsistensi penampilan, mendeteksi kristalisasi gula yang tidak diinginkan atau kontaminasi yang menyebabkan pengendapan. Jernih dan stabil, NTU sangat rendah.
Jamu & Minuman Herbal Meskipun beberapa produk diharapkan keruh, pengukuran turbiditas membantu menstandarisasi tingkat kekeruhan agar setiap batch sama. Ditetapkan berdasarkan “golden batch” (misal: 30-50 NTU).
Santan Kemasan Mengukur dan menstandarisasi konsistensi emulsi. Perubahan turbiditas dapat mengindikasikan pemisahan atau ketidakstabilan produk. Ditetapkan berdasarkan standar internal produk.

Studi Kasus UMKM: Mengatasi Masalah Sirup yang Mengendap dengan Turbidity Meter

Sebuah UMKM produsen sirup markisa di Bogor menghadapi keluhan pelanggan karena produk mereka seringkali menghasilkan endapan setelah beberapa minggu. Awalnya, mereka mengandalkan inspeksi visual, namun hasilnya tidak konsisten. Setelah berinvestasi pada turbidity meter portable, mereka mulai mengukur NTU pada setiap batch setelah proses filtrasi. Mereka menemukan bahwa batch yang kemudian mengendap memiliki nilai NTU awal yang lebih tinggi (> 5.0 NTU) dibandingkan batch yang stabil (< 2.0 NTU). Dengan data ini, mereka menyempurnakan proses filtrasi mereka hingga secara konsisten mencapai target NTU di bawah 2.0. Hasilnya, keluhan pelanggan turun drastis, dan mereka kini memiliki data objektif untuk menjamin kualitas setiap botol sirup yang mereka produksi.

Dari Pengukuran ke Standar: Mengintegrasikan Turbiditas dalam Sistem QC

Memiliki alat ukur yang canggih tidak akan ada artinya jika datanya tidak digunakan secara sistematis. Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan pengukuran turbiditas ke dalam sistem Quality Control (QC) dan Standard Operating Procedure (SOP) harian Anda. Ini adalah cara untuk mengubah data menjadi tindakan yang konsisten.

Proses ini sejalan dengan prinsip-prinsip keamanan pangan yang ditetapkan oleh BPOM dan Standar Nasional Indonesia (SNI), yang menekankan pentingnya proses terkontrol untuk menghasilkan produk yang aman dan bermutu. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang panduan resmi melalui sumber seperti BPOM Guide for Processed Food SMEs. Untuk praktik terbaik skala internasional, sistem seperti HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) juga sangat relevan, yang panduannya dapat ditemukan di FAO/WHO Food Safety and HACCP Guidance.

Expert Corner

“Bagi UMKM pangan, beralih ke pengukuran berbasis data seperti turbiditas adalah lompatan besar menuju profesionalisme. Ini mengubah cara Anda melihat kualitas—dari ‘rasanya benar’ menjadi ‘angkanya benar’. Turbidity meter adalah langkah pertama yang terjangkau dan sangat efektif untuk membangun budaya QC yang kuat, yang pada akhirnya akan melindungi brand dan membuka pintu untuk pasar yang lebih besar.”

– Ahli Teknologi Pangan

Menetapkan Standar Kualitas (Quality Benchmark) untuk Produk Anda

Bagaimana Anda tahu berapa nilai NTU yang “baik” untuk produk Anda? Jawabannya terletak pada penetapan standar internal atau quality benchmark. Proses ini sejalan dengan prinsip dasar sistem manajemen mutu seperti ISO 9001 dan GMP (Good Manufacturing Practices).

  1. Ciptakan “Golden Batch”: Produksi satu batch produk Anda dalam kondisi paling ideal. Gunakan bahan baku terbaik, ikuti resep dengan presisi tertinggi, dan pastikan semua langkah proses berjalan sempurna.
  2. Ukur dan Catat: Ambil beberapa sampel dari “golden batch” ini dan ukur turbiditasnya. Rata-rata dari pengukuran ini akan menjadi nilai NTU standar atau “benchmark” Anda.
  3. Tentukan Batas Toleransi: Tetapkan rentang NTU yang dapat diterima. Misalnya, jika benchmark Anda adalah 1.5 NTU, Anda mungkin menetapkan batas toleransi antara 1.0 NTU hingga 2.0 NTU.
  4. Implementasikan dalam SOP: Masukkan “Pengecekan Turbiditas” sebagai salah satu Critical Control Point (Titik Kontrol Kritis) dalam SOP produksi Anda. Setiap batch baru harus diukur dan hasilnya harus berada dalam rentang yang telah Anda tetapkan. Jika tidak, batch tersebut harus dievaluasi lebih lanjut sebelum diloloskan.

FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Turbidity Meter Makanan

Apakah minuman yang jernih (NTU rendah) sudah pasti aman?

Tidak selalu. Tingkat turbiditas yang rendah adalah indikator keamanan yang sangat penting karena secara signifikan mengurangi risiko mikroba yang terlindung dari disinfeksi. Namun, kejernihan tidak dapat mendeteksi kontaminan kimia yang terlarut (seperti pestisida atau logam berat) atau keberadaan spesifik patogen dalam jumlah sangat kecil. Sebagaimana ditekankan oleh WHO, pengukuran turbiditas adalah bagian krusial dari sistem keamanan pangan yang komprehensif, tetapi bukan satu-satunya jaminan keamanan.

Berapa biaya investasi untuk sebuah turbidity meter?

Biaya dapat bervariasi tergantung pada merek, fitur, dan akurasi. Namun, untuk UMKM, turbidity meter portable yang andal untuk aplikasi makanan dapat ditemukan dalam rentang harga yang relatif terjangkau. Anggap ini bukan sebagai biaya, melainkan sebagai investasi dalam kualitas. ROI (Return on Investment) datang dalam bentuk pengurangan produk gagal, peningkatan kepercayaan pelanggan, dan perlindungan reputasi brand Anda, yang nilainya jauh lebih besar daripada harga alat itu sendiri.

Seberapa sering saya harus mengkalibrasi alat?

Praktik terbaik adalah melakukan kalibrasi sesuai dengan rekomendasi pabrikan, yang seringkali adalah sebelum setiap sesi pengukuran atau setidaknya sekali sehari saat digunakan secara intensif. Kalibrasi rutin menggunakan larutan standar yang tersertifikasi adalah wajib untuk memastikan data yang Anda kumpulkan akurat dan dapat diandalkan. Perlu diingat, kalibrasi yang terdokumentasi dengan baik seringkali menjadi persyaratan dalam audit sertifikasi mutu seperti ISO.

Kesimpulan: Dari Menebak-nebak Menjadi Penjamin Kualitas

Kualitas produk yang konsisten dan terjamin keamanannya bukanlah sebuah kemewahan, melainkan syarat mutlak untuk bertahan dan berkembang dalam industri makanan yang kompetitif. Bagi UMKM, meninggalkan metode “kira-kira” dan beralih ke pengukuran objektif adalah langkah strategis yang akan membedakan Anda dari pesaing.

Turbiditas adalah parameter yang kuat, sederhana, dan terjangkau untuk diukur. Dengan turbidity meter, Anda mendapatkan data nyata tentang kejernihan, konsistensi, dan potensi risiko keamanan produk Anda. Ini adalah alat yang memberdayakan Anda untuk membuat keputusan berdasarkan fakta, bukan perasaan.

Dengan mengintegrasikan pengukuran turbiditas ke dalam SOP harian Anda, Anda tidak hanya menyelesaikan masalah inkonsistensi produk yang paling mendesak, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan bisnis di masa depan. Inilah saatnya untuk mengambil kendali penuh atas kualitas produk Anda dan beralih dari menebak-nebak menjadi penjamin kualitas yang tepercaya di mata pelanggan.

Sebagai langkah pertama, evaluasi proses quality control Anda saat ini. Identifikasi di mana inkonsistensi paling sering terjadi dan pertimbangkan bagaimana data turbiditas dapat memberikan solusi. Mulailah standarisasi proses Anda hari ini untuk menjamin kesuksesan hari esok.

Untuk para pelaku bisnis dan manajer industri yang ingin meningkatkan operasional dan memenuhi kebutuhan peralatan komersial, CV. Java Multi Mandiri hadir sebagai mitra terpercaya. Kami adalah supplier dan distributor instrumen pengukuran dan pengujian yang berspesialisasi dalam melayani klien bisnis dan aplikasi industri. Kami dapat membantu perusahaan Anda menemukan turbidity meter dan alat quality control lainnya yang tepat untuk mengoptimalkan produksi dan menjamin kualitas produk. Untuk diskusikan kebutuhan perusahaan Anda, silakan hubungi kami untuk konsultasi gratis dan mendapat solusi terbaik.

This article provides general guidance. Always consult with a food safety professional and adhere to official BPOM/SNI regulations for your specific products and processes.

Rekomendasi Turbidity Meter

References

  1. World Health Organization. (2022). Guidelines for drinking-water quality: Fourth edition incorporating the first and second addenda. Geneva: World Health Organization. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK579464/
  2. Marlinae, L., Khairiyati, L., et al. (N.D.). Buku Ajar Higiene Makanan Dan Minuman. Faculty of Medicine, University of Lambung Mangkurat, Indonesia. Retrieved from https://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-content/uploads/2021/11/9.-FIX-BUKU-HIGIENE-SANITASI-MAKANAN.pdf