Cara Panen Pohon Kina

Cara Panen Pohon KinaSetelah mengetahui cara penanaman pohon kina, hal yang perlu diketahui selanjutnya yaitu cara panen pohon kina dalam perkebunan. Dalam memanen pohon kina ini dapat dilakukan dengan beberapa cara panen. Sebaiknya lakukan panen dengan cara yang benar agar hasil panen yang didapatkan mendapatkan hasil yang maksimal.

Cara Panen Pohon Kina

A. Cara Panen

Untuk melakukan panen tanaman ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti cara penebangan, cara penjarangan, prakiraan produksi. Berikut ini penjelasan secara detail mengenai cara panen kina :

1. Cara Penebangan

Lakukan penebangan tanaman kina dengan hati – hati menggunakan gergaji pada ketinggian 20 hingga 30 cm yang berasal dari sambungan, atau bisa juga dari leher akar dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Kemudian untuk batang kina dipotong mulai dari batas tadi hingga ketinggian 2 meter.

Selanjutnya kulit kina dapat dilepas dari batang dengan cara dipukul – pukul. Biasanya untuk panen pada tebangan pertama disebut dengan nama stumping 1. Mulai dari adanya tunggul, diharapkan tunas baru tumbuh dengan baik, untuk selanjutnya dipelihara maksimal 4 tunas yang digunakan untuk dipanen berikutnya. Untuk panen yang selanjutnya biasanya disebut dengan stumping 2 dan seterusnya. Ketika sudah melakukan stumping sebanyak 4 kali, langkah selanjutnya melakukan pembongkaran tanaman. Biasanya panen tebangan yang baik dapat dilakukan pada awal musim penghujan agar terhindar dari terik matahari.

2. Cara Penjarangan

Penjarangan dapat dilakukan dengan cara pencabutan untuk melakukan panen secara bertahap dalam persentase yang sudah direncanakan. Lalu pilih tanaman yang akan dibongkar berdasarkan persentase panen di setiap periode. Untuk tanaman yang akan dibongkar persentasenya yaitu 10%, berarti dari 10 tanaman diambil 1 tanaman secara merata.

3. Prakiraan Produksi

Biasanya dari satu batang utama kina memiliki panjang sekitar 2 meter yang diperoleh sekitar 1 hingga 1,5 kg kulit. Untuk kulit kina tersebut biasanya diperhitungkan dalam kadar  SQ7 maupun besarnya produksi kulit. Dengan demikian hasilnya dapat diperhitungkan dari perkalian kadar SQ7 dengan berat kulit kering dalam kg yang biasanya disebut dengan potensi produksi.

Untuk pola produksi kulit kering dan kadar kinine sulfat pada hasil panen, cara penjarangan yang dilakukan dapat dilihat berdasarkan keterangan berikut ini :

  1. Untuk tanaman yang berumur 3,5 tahun menggunakan sistem panen penjarangan 1 dengan 12,5% panenan yang memproduksi kulit kering sekitar 500 kg/ha pada kadar SQ7 menggunakan 3 proses yang berpotensi memproduksi SQ7 sekitar 15,00 kg/ha.
  2. Tanaman yang berumur 5,0 tahun dengan sistem panen penjarangan II yang dapat memanen sekitar 12,5% dengan produksi kulit kering sekitar 700 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses.. Umumnya potensi produksi SQ7 berkisar 37,50 kg/ha.
  3. Tanaman dengan umur 6,0 tahun menggunakan sistem panenan penjarangan III yang dapat memanen 12,5% dengan hasil produksi kulit kering sekitar 1.000 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses dan berpotensi produksi SQ7 sekitar 60,00 kg/ha.
  4. Untuk tanaman yang berumur 7,0 tahun dengan sistem panenan penjarangan IV setara dengan 12,5% panenan yang menghasilkan produksi kulit kering sekitar 1.375 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses dan berpotensi menghasilkan produksi SQ7 sekitar 82,50 kg/ha.
  5. Umur tanaman 8.0 tahun menggunakan sistem panen penjarangan  V  dengan persentase panenan sekitar 12,5% yang menghasilkan produksi kulit kering 1.750 kg/ha pada kadar SQ7 7 proses, dan berpotensi memproduksi SQ7 berkisar 122,50 kg/ha.
  6. Tanaman kina yang berumur 12,0 tahun biasanya menggunakan sistem pemanenan penjarangan VI sekitar 12,5% panenan dengan produksi kulit kering 3.125 kg/ha, dengan kadar SQ7 8 proses dan memiliki potensi produksi SQ7 yang berkisar 250,00 kg/ha.
  7. Umur 18,0 tahun biasanya menggunakan sistem panenan: penjarangan VII (12,5% panenan) dengan produksi kulit kering 6.250 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses yang memiliki potensi produksi SQ7 atau setara dengan 375,00 kg/ha.
  8. Tanaman kina yang berumur 24,tahun dengan sistem panenan penjarangan VIII atau presentase sekitar 12,5% panenan yang memproduksi kulit kering sekitar 9.375 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses dan menghasilkan potensi produksi SQ7 atau berkisar 468,75 kg/ha.

B. Pasca Panen

Setelah melakukan panen, semua hasil panen tersebut kemudian dikumpulkan ditempat yang teduh dan dilakukan pembersihan pada bagian batang, cabang, serta ranting yang dipotong dempe tepat pada cabang dengan batang. Kemudian cabang dan ranting yang memiliki ukuran garis tengah kurang dari 1 cm dilakukan pembersihan mulai dari ranting kecil hingga daun – daunnya, selanjutnya ranting tersebut dipotong dengan panjang 40 hingga 50 cm untuk diambil kulitnya. Lalu untuk batang yang akan diambil kulitnya dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat yang redup dari panas.

C. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan ini dilakukan untuk memudahkan ketika mengangkut ke pabrik kinin dan mengantisipasi terjadinya gangguan pada mutunya. Untuk pengepakan perlu memilih bahan yang kedap air dan dapat melindungi alkaloid pada dalam kulit kina. Biasanya karung goni atau plastik yang ada di dalamnya dilapisi sebuah kantong plastik yang cukup baik untuk digunakan sebelum kina tersebut diangkut dan harus disimpan ditempat yang dingin dan kering.

D. Analisis Ekonomi Budidaya Tanaman

Dalam analisis ekonomi budidaya tanaman ini terdiri dari dua aspek yaitu analisis usaha budidaya dan gambaran peluang agribisnis. Pada peluang agribisnis di Indonesia ini bermula pada tahun 1939 yang berperan sebagai pemasok, dengan presentase pasokan sekitar 90% untuk kebutuhan kina dunia.

Di Indonesia terdapat luas area tanam sekitar 17.000 hektar yang dapat menghasilkan produksi tanaman kina sekitar 11.000 ton kulit kering setiap tahunnya. Namun karena adanya penebangan besar – besaran pada Perang Dunia II hingga tahun enam puluhan yang menyebabkan produksi kina di Indonesia menurun. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, ini berdampak pada kebutuhan kulit kina yang akhirnya meningkat juga.

Kulit kina diyakini sebagai bahan baku obat penyakit malaria dan penyakit jantung yang dimana obat tersebut sangat diperlukan untuk kesehatan pada manusia. Selain dapat digunakan sebagai obat, tanaman kina ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik ataupun minuman penyegar, serta industri penyamakan. Dalam beberapa dekade yang lalu, produksi kina di Indonesia berhasil dikalahkan oleh produsen yang berasal dari Afrika.

Namun kini produksi di Afrika sedang mengalami penurunan, sehingga ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pada perkebunan kina. Dalam prospeknya, agribisnis kulit kina ini memiliki peluang yang sangat cerah, ditambah permintaan pasar internasional pun semakin meningkat  hingga kebutuhannya belum sanggup terpenuhi. Akan tetapi dengan mutu kina di Indonesia yang sangat prima, akhirnya perkebunan kina di Indonesia dijadikan sebagai sektor agribisnis yang diperhitungkan.

E. Standar Produksi

Pada umumnya standar produksi pada tanaman kina ini terdiri dari beberapa hal di dalamnya, seperti ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi dan standar mutu, pengambilan contoh, serta pengemasan. Dalam ruang lingkup biasanya standar produksinya meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.

Kemudian ketika melakukan klasifikasi dan standar mutu, sebaiknya kulit kina dilakukan pengeringan terlebih dahulu dengan menjemur batang utama di perkebunan kina Indonesia yang sudah memenuhi  persyaratan Internasional yaitu dengan adanya kadar kinin sulfat pada kelas SQ7 yang ukurannya lebih besar daripada yang dihasilkan di Afrika.

Lalu untuk pengambilan contoh sebaiknya diambil secara acak menyesuaikan banyak akar  pangkat dua dari jumlah karung maksimalnya sekitar 30 karung dari tiap partai barang. Untuk pengemasan biasanya kina dikemas dalam karung goni atau bahan lainnya yang kuat dan bersih, kemudian bagian mulutnya dijahit. Berat maksimal setiap karungnya yaitu sekitar 75 kg.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *