Bayangkan kerugian finansial dan reputasi dari satu batch produk farmasi yang gagal karena masalah stabilitas. Kegagalan ini sering kali berakar pada satu variabel yang tampaknya sederhana namun sangat fundamental: pH. Di dunia produksi farmasi, pH bukanlah sekadar angka pada layar meteran; ia adalah variabel utama yang mengendalikan stabilitas kimia, efikasi terapeutik, dan keamanan obat. Banyak profesional memahami secara teori bahwa pH itu penting, namun kesenjangan antara pengetahuan akademis dan praktik industri yang patuh terhadap Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sering kali menjadi tantangan besar.
Artikel ini adalah panduan komprehensif Anda, sebuah masterclass dari A sampai Z yang dirancang khusus untuk analis Quality Control (QC) dan ilmuwan formulasi. Kami akan menjembatani kesenjangan tersebut, menyatukan ilmu degradasi obat, presisi pengukuran pH yang sesuai GMP, dan tuntutan regulasi jaminan mutu ke dalam satu sumber daya yang dapat ditindaklanjuti. Kita akan menjelajahi fondasi ilmiah di balik peran pH, menguasai teknik pengukuran praktis, mengintegrasikan kontrol pH ke dalam sistem mutu, dan mengatasi masalah umum yang sering terjadi di lapangan.
- Fondasi Ilmiah: Mengapa pH Adalah Variabel Utama Stabilitas Obat
- Aplikasi Praktis: Menguasai Pengukuran pH Sesuai Standar CPOB
- Imperatif Produksi: pH Sebagai Critical Process Parameter (CPP)
- FAQ & Troubleshooting: Mengatasi Masalah Umum Terkait pH
- Kesimpulan
- References
Fondasi Ilmiah: Mengapa pH Adalah Variabel Utama Stabilitas Obat
Untuk memahami pentingnya kontrol pH, kita harus terlebih dahulu memahami konsep stabilitas obat. Stabilitas adalah kemampuan suatu produk farmasi untuk mempertahankan sifat dan karakteristik yang sama seperti saat dibuat, dalam batas yang ditentukan, sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life). Ini mencakup stabilitas kimia (zat aktif tidak terdegradasi), stabilitas fisika (tidak ada perubahan penampilan, kelarutan, dll.), dan stabilitas mikrobiologi (tetap steril atau memenuhi batas mikroba). Dari semua faktor yang memengaruhinya, pH adalah yang paling berpengaruh terhadap stabilitas kimia.
Sebuah studi dalam jurnal Pharmaceutics yang diarsipkan di PubMed Central menyoroti bahwa gugus fungsi tertentu dalam struktur kimia obat sering kali rentan terhadap hidrolisis, sebuah reaksi degradasi yang dipercepat oleh keberadaan ion hidronium (H₃O⁺) atau hidroksida (OH⁻) dari air. Untuk mencegah reaksi ini, “obat harus diformulasikan pada pH dengan stabilitas tertinggi”[1]. Dengan kata lain, menemukan dan mempertahankan pH optimal bukanlah pilihan, melainkan keharusan ilmiah untuk menjaga integritas produk.
Pro-Tip dari Ilmuwan Formulasi:
Penting untuk diingat bahwa pH bulk larutan tidak selalu menceritakan keseluruhan cerita. Di dalam formulasi yang kompleks, terutama emulsi atau suspensi, terdapat lingkungan ‘mikro-pH’ di sekitar partikel obat atau di antara fase yang berbeda. Perbedaan kecil dalam mikro-pH ini dapat secara signifikan memengaruhi laju degradasi lokal, bahkan jika pH keseluruhan sediaan tampak dalam spesifikasi. Inilah mengapa pemilihan dapar (buffer) yang tepat sangat krusial.
Untuk memvisualisasikan pengaruh pH, sebuah infografis yang jelas dapat menggambarkan tiga jalur degradasi kimia utama:
- Hidrolisis: Pemecahan molekul obat oleh air, sangat dipengaruhi oleh pH.
- Oksidasi: Kehilangan elektron, sering kali melibatkan radikal bebas dan dapat dipercepat pada pH tertentu.
- Fotolisis: Degradasi yang disebabkan oleh paparan cahaya, di mana pH dapat memengaruhi kepekaan molekul terhadap energi cahaya.
Jalur Degradasi Utama yang Dipengaruhi pH
Hubungan antara pH dan laju degradasi sering kali dapat digambarkan secara grafis. Profil ini membantu formulator memprediksi dan menentukan pH di mana obat paling stabil. Tiga profil umum yang sering ditemui adalah:
- Profil V-Shape (Spesifik Asam-Basa): Degradasi dipercepat pada kondisi sangat asam dan sangat basa, dengan titik stabilitas maksimum di tengah. Ini khas untuk obat-obatan yang mengalami katalisis asam dan basa secara spesifik, seperti banyak ester dan amida.
- Profil Sigmoid (Bentuk S): Laju degradasi berubah secara drastis di sekitar nilai pKa obat, di mana bentuk terionisasi dan tidak terionisasi memiliki stabilitas yang berbeda.
- Profil Parabola: Stabilitas maksimum terjadi pada rentang pH yang sangat sempit, dengan degradasi meningkat tajam di kedua sisi.
Tabel berikut menunjukkan beberapa gugus fungsi umum dalam molekul obat dan kerentanannya terhadap hidrolisis yang dikatalisis oleh asam atau basa.
Gugus Fungsi | Contoh | Kerentanan Degradasi |
---|---|---|
Ester | Aspirin, Metilfenidat | Sangat rentan terhadap katalisis basa dan asam. |
Amida | Kloramfenikol, Parasetamol | Lebih stabil dari ester, tetapi masih rentan. |
Laktam (Amida Siklik) | Antibiotik Penisilin, Sefalosporin | Cincin laktam sangat tegang dan mudah terbuka oleh hidrolisis. |
Imida | Talidomid | Rentan terhadap hidrolisis. |
Dampak pH pada Kelarutan, Bioavailabilitas, dan Keamanan
Peran pH melampaui sekadar pencegahan degradasi. Ia juga merupakan faktor penentu utama dalam kelarutan dan bioavailabilitas obat—proporsi obat yang masuk ke sirkulasi sistemik dan tersedia untuk memberikan efek terapeutik. Berdasarkan teori partisi pH, sebagian besar obat adalah asam atau basa lemah, yang berarti tingkat ionisasinya bergantung pada pH lingkungan. Bentuk yang tidak terionisasi umumnya lebih mudah larut dalam lemak (lipofilik) dan lebih mudah menembus membran biologis. Oleh karena itu, pH sediaan dapat secara langsung memengaruhi seberapa baik obat diserap oleh tubuh.
Selain itu, keamanan dan kenyamanan pasien sangat bergantung pada pH yang sesuai. Perubahan pH sediaan dari rentang fisiologis dapat menyebabkan masalah serius:
- Sediaan Topikal: Kulit memiliki pH alami yang sedikit asam (sekitar 4-6). Krim atau losion dengan pH yang terlalu basa dapat mengganggu mantel asam kulit, menyebabkan iritasi, kekeringan, atau peningkatan risiko infeksi.
- Sediaan Injeksi: pH larutan suntik harus mendekati pH darah (sekitar 7.4) untuk meminimalkan rasa sakit saat injeksi, iritasi jaringan, dan hemolisis (pecahnya sel darah merah).
- Tetes Mata: pH sediaan mata harus diatur agar sesuai dengan pH air mata (sekitar 7.4) untuk mencegah rasa perih dan iritasi.
Sebuah grafik skala pH yang menunjukkan rentang ideal untuk berbagai rute pemberian ini dapat menjadi alat visual yang sangat membantu bagi para formulator.
Aplikasi Praktis: Menguasai Pengukuran pH Sesuai Standar CPOB
Mengetahui pentingnya pH tidak ada artinya tanpa kemampuan untuk mengukurnya secara akurat, konsisten, dan terdokumentasi sesuai standar industri. Di lingkungan yang diatur oleh CPOB, setiap pengukuran adalah titik data yang harus dapat dipertahankan saat audit. Prosedur yang ketat adalah kunci untuk memastikan integritas data.
Standar otoritatif untuk pengukuran pH di industri farmasi dijelaskan dalam farmakope, seperti USP General Chapter <791> on pH[4]. Standar ini memberikan panduan mendalam tentang aparatus, buffer, dan prosedur yang diperlukan untuk pengukuran yang valid. Selain itu, pedoman yang lebih luas tentang operasional laboratorium dapat ditemukan dalam dokumen seperti WHO Good Practices for QC Laboratories.
Untuk membantu penerapan di laboratorium Anda, praktik terbaik adalah memiliki Prosedur Operasional Baku (POB) atau Standard Operating Procedure (SOP) yang terperinci. Sebuah POB untuk kalibrasi dan penggunaan [pH meter](https://hannainst.id/product-category/ph-meter) akan mencakup tujuan, tanggung jawab, prosedur langkah-demi-langkah, kriteria penerimaan, dan format dokumentasi, yang memastikan setiap analis mengikuti metode yang sama setiap saat. Di Indonesia, panduan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) juga menjadi acuan penting untuk memastikan teknik kalibrasi yang benar dan tertelusur[5].
Untuk pengukuran pH yang akurat, pertimbangkan pH meter berikut:
Conductivity Meter
Conductivity Meter
Langkah-Langkah Kalibrasi pH Meter: Prosedur Dua dan Tiga Titik
Kalibrasi adalah proses menyesuaikan output [pH meter](https://hannainst.id/product-category/ph-meter) agar sesuai dengan nilai buffer standar yang diketahui. Ini bukanlah aktivitas “sekali jalan”, melainkan harus dilakukan secara rutin (biasanya setiap hari sebelum digunakan) untuk mengkompensasi perubahan pada elektroda. Berikut adalah prosedur umum untuk kalibrasi multi-titik:
- Persiapan: Nyalakan pH meter dan biarkan stabil selama minimal 15-30 menit. Siapkan larutan buffer standar yang segar, bersertifikat, dan dapat ditelusuri ke standar referensi (misalnya, NIST). Umumnya digunakan buffer pH 4.01, 7.00, dan 10.01. Pastikan suhu buffer sama dengan suhu sampel yang akan diukur.
- Pembersihan Elektroda: Bilas elektroda dengan air deionisasi (DI) dan keringkan dengan lembut menggunakan kertas bebas serat. Jangan pernah menggosok bola kaca elektroda.
- Kalibrasi Titik Pertama (Offset): Celupkan elektroda ke dalam buffer pH 7.00. Aduk perlahan dan tunggu hingga pembacaan stabil. Konfirmasikan atau setel meteran ke nilai 7.00. Titik ini menetapkan offset atau titik nol meter.
- Bilas: Bersihkan kembali elektroda seperti pada Langkah 2.
- Kalibrasi Titik Kedua (Slope): Celupkan elektroda ke dalam buffer pH 4.01 (untuk sampel asam) atau 10.01 (untuk sampel basa). Tunggu hingga pembacaan stabil dan konfirmasikan kalibrasi. Titik kedua ini menetapkan slope (kemiringan) elektroda, yang menunjukkan responsnya terhadap perubahan pH.
- Kalibrasi Titik Ketiga (Opsional): Untuk akurasi tertinggi, bilas dan ulangi proses dengan buffer ketiga (misalnya, pH 10.01 jika titik kedua adalah 4.01).
- Verifikasi: Setelah kalibrasi, periksa nilai slope. Nilai slope yang dapat diterima biasanya berada di antara 95% hingga 105%. Nilai di luar rentang ini menunjukkan masalah pada elektroda atau buffer.
- Dokumentasi: Catat tanggal, waktu, analis, ID buffer (termasuk nomor lot dan tanggal kedaluwarsa), dan hasil slope dalam buku catatan (logbook) instrumen.
Sebuah video singkat yang mendemonstrasikan proses ini, mulai dari pembilasan hingga verifikasi slope, dapat menjadi alat pelatihan yang sangat efektif. Demikian pula, template logbook kalibrasi yang siap digunakan dapat menstandarkan dokumentasi di seluruh laboratorium.
Perawatan dan Penyimpanan Elektroda untuk Akurasi Maksimal
Elektroda pH adalah komponen yang paling sensitif dan krusial dari sistem pengukuran. Perawatan yang tepat adalah kunci untuk akurasi dan umur panjang.
- Pembersihan: Selalu bilas elektroda dengan air DI di antara pengukuran. Untuk sampel yang sulit seperti suspensi kental atau larutan yang mengandung protein, mungkin diperlukan larutan pembersih khusus (misalnya, larutan pepsin-HCl untuk protein).
- Penyimpanan: Ini adalah aspek yang paling sering salah dilakukan. Jangan pernah menyimpan elektroda dalam air deionisasi (DI), karena ini akan menyebabkan ion keluar dari bola kaca dan merusak elektroda. Simpan elektroda dalam larutan penyimpanan khusus (biasanya KCl 3M) yang menjaga membran kaca tetap terhidrasi dan siap digunakan. Sebuah panduan visual yang menunjukkan botol penyimpanan yang benar versus gelas kimia berisi air DI dapat mencegah kesalahan umum ini.
- Kompensasi Suhu Otomatis (ATC): Pembacaan pH sangat bergantung pada suhu. Probe ATC secara otomatis mengukur suhu larutan dan menyesuaikan pembacaan pH meter. Di laboratorium farmasi, penggunaan pH meter dengan ATC terintegrasi atau probe ATC terpisah bukanlah sebuah kemewahan, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan akurasi data yang sesuai dengan CPOB.
Imperatif Produksi: pH Sebagai Critical Process Parameter (CPP)
Dalam kerangka kerja kualitas farmasi modern, kontrol pH bukan hanya tugas laboratorium QC. Ia diintegrasikan ke dalam seluruh siklus hidup produk sebagai Critical Process Parameter (CPP)—sebuah parameter proses yang variabilitasnya memiliki dampak pada atribut kualitas kritis produk, dan oleh karena itu harus dipantau atau dikendalikan untuk memastikan proses menghasilkan kualitas yang diinginkan.
Panduan dari regulator global menegaskan hal ini. FDA dalam Guidance for Industry #5 menyatakan bahwa sifat-sifat seperti penampilan fisik, kelarutan, dan pH adalah properti yang terkait dengan stabilitas dan “memerlukan pengujian serta penetapan kondisi penyimpanan dan batasan spesifik”[3]. Lebih lanjut, pedoman ICH Q1A(R2) Stability Testing Guidelines secara eksplisit menuntut agar stress testing “mengevaluasi kerentanan zat obat terhadap hidrolisis pada rentang nilai pH yang luas”[2]. Ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kontrol pH adalah persyaratan mendasar untuk registrasi dan produksi obat yang berkelanjutan, sejalan dengan peraturan FDA cGMP Regulations (21 CFR Part 211).
Studi Stabilitas Sesuai ICH dan Peran Uji pH
Studi stabilitas adalah serangkaian pengujian yang dirancang untuk memberikan bukti tentang bagaimana kualitas suatu produk obat bervariasi seiring waktu di bawah pengaruh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Data dari studi ini digunakan untuk menetapkan periode re-test untuk zat aktif atau shelf-life untuk produk jadi, serta merekomendasikan kondisi penyimpanan.
Sesuai pedoman ICH, produk diuji pada interval waktu yang ditentukan dalam kondisi penyimpanan yang berbeda:
- Studi Jangka Panjang (Long-term): Biasanya pada 25°C/60% RH atau 30°C/65% RH, tergantung pada zona iklim.
- Studi Dipercepat (Accelerated): Pada kondisi yang lebih ekstrem (misalnya, 40°C/75% RH) untuk mempercepat laju degradasi kimia dan perubahan fisika.
Pada setiap titik waktu pengujian, pH adalah salah satu atribut kualitas kritis yang diukur. Pergeseran pH yang signifikan dari spesifikasi awal dapat menjadi indikator pertama adanya masalah stabilitas, bahkan sebelum degradasi zat aktif terdeteksi oleh HPLC. Sebuah daftar periksa (checklist) studi stabilitas yang mencakup parameter ICH, titik waktu, dan pengujian yang diperlukan (termasuk pH) adalah alat yang sangat berharga bagi tim pengembangan dan QC.
Kontrol pH In-Process dan Pengujian Produk Jadi
Kontrol pH tidak hanya terjadi pada tahap akhir. Ia merupakan bagian integral dari kontrol dalam proses (In-Process Control atau IPC) untuk memastikan setiap langkah manufaktur berjalan sesuai rencana. Sebuah diagram alir proses produksi, misalnya untuk sediaan cair, akan dengan jelas menunjukkan titik-titik kritis di mana pengukuran pH dilakukan:
- Pengujian Bahan Baku: Memverifikasi pH bahan baku yang masuk.
- Pembuatan Buffer: Memastikan pH larutan dapar yang akan digunakan dalam formulasi sudah tepat.
- Pencampuran Bulk: Mengukur dan menyesuaikan pH larutan bulk sebelum proses pengisian.
- Pengujian Produk Jadi: Melakukan pengujian rilis akhir untuk memastikan pH produk jadi berada dalam spesifikasi yang telah divalidasi.
Kutipan dari Profesional Jaminan Mutu (QA):
“Setiap pengukuran pH yang kami lakukan, dari bahan baku hingga produk jadi, harus didokumentasikan dengan cermat. Saat auditor datang, mereka tidak hanya ingin melihat hasil akhir yang ‘Lulus’. Mereka ingin melihat tren data, catatan kalibrasi instrumen, dan bukti bahwa kami mengendalikan proses kami di setiap langkah. Dokumentasi yang rapi adalah pertahanan terbaik kami untuk menunjukkan kepatuhan dan audit-readiness.”
FAQ & Troubleshooting: Mengatasi Masalah Umum Terkait pH
Bagian ini dirancang sebagai panduan cepat untuk analis QC yang menghadapi tantangan sehari-hari terkait pengukuran pH dan stabilitas produk.
Sebuah alur kerja pemecahan masalah yang efektif untuk pembacaan pH yang tidak akurat dapat digambarkan sebagai berikut: Pembacaan tidak stabil? → Periksa kebersihan dan kondisi elektroda → Verifikasi kesegaran dan suhu buffer → Lakukan kalibrasi ulang → Jika masih gagal, pertimbangkan untuk mengganti elektroda.
Selain itu, kemampuan untuk mengenali tanda-tanda ketidakstabilan fisik secara visual sangat penting. Galeri foto yang menunjukkan contoh nyata dari:
- Perubahan warna: Larutan yang menguning atau menjadi gelap.
- Presipitasi: Terbentuknya endapan atau kekeruhan pada larutan bening.
- Caking: Bubuk yang mengeras dan tidak dapat didispersikan kembali.
dapat membantu analis mengidentifikasi masalah dengan cepat.
Tanya Jawab: Pembacaan pH Meter Tidak Stabil atau Akurat
T: Mengapa pembacaan pH saya terus bergeser (drift)?
J: Penyebab paling umum adalah elektroda yang kotor atau terkontaminasi. Bersihkan elektroda sesuai dengan jenis sampel Anda. Penyebab lain bisa jadi larutan referensi internal yang terkontaminasi atau sambungan referensi yang tersumbat. Jika pembersihan tidak membantu, elektroda mungkin perlu diganti.
T: Respon elektroda saya sangat lambat. Apa yang salah?
J: Ini sering terjadi pada sampel dengan kekuatan ionik rendah (seperti air murni) atau pada suhu rendah. Bola kaca elektroda mungkin juga sudah tua dan perlu diregenerasi atau diganti. Pastikan sampel diaduk perlahan untuk memastikan larutan yang homogen di sekitar elektroda.
T: Kalibrasi saya gagal dan nilai slope di luar rentang 95-105%. Apa yang harus saya lakukan?
J: Pertama, selalu periksa buffer Anda. Apakah sudah kedaluwarsa? Apakah terkontaminasi? Gunakan buffer yang benar-benar baru. Jika masih gagal, ini adalah indikasi kuat bahwa elektroda Anda telah mencapai akhir masa pakainya dan perlu diganti.
T: Bagaimana cara mengukur pH sampel yang sulit, seperti larutan non-air atau semi-padat?
J: Sampel ini memerlukan elektroda khusus. Untuk larutan non-air, gunakan elektroda dengan elektrolit referensi yang sesuai. Untuk sampel semi-padat seperti krim atau gel, gunakan elektroda dengan ujung tombak (spear tip) dan sambungan referensi terbuka (open junction) untuk mencegah penyumbatan.
Tanya Jawab: Mengidentifikasi Produk yang Tidak Stabil Akibat pH
T: Apa saja tanda-tanda fisik bahwa pH produk mungkin telah bergeser dan menyebabkan ketidakstabilan?
J: Selain perubahan warna, bau, atau presipitasi yang jelas, perhatikan perubahan viskositas pada cairan atau emulsi yang pecah (pemisahan fase). Pada sediaan padat, perhatikan perubahan pada laju disolusi.
T: Apa yang harus saya lakukan jika hasil pengukuran pH produk berada di luar spesifikasi (OOS)?
J: Hasil OOS memicu investigasi formal. Prosedurnya meliputi:
- Karantina Batch: Segera isolasi batch yang terpengaruh untuk mencegah distribusi lebih lanjut.
- Verifikasi Pengukuran: Periksa catatan kalibrasi instrumen, prosedur pengujian, dan kompetensi analis untuk memastikan tidak ada kesalahan laboratorium. Lakukan pengujian ulang sesuai POB.
- Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis): Jika hasil OOS terkonfirmasi, lakukan investigasi mendalam terhadap proses manufaktur, bahan baku, dan data IPC untuk menemukan penyebab pergeseran pH.
- Tindakan Korektif dan Pencegahan (CAPA): Terapkan tindakan untuk memperbaiki masalah pada batch saat ini (jika memungkinkan) dan mencegah terulangnya kembali di masa depan.
Data pH adalah bukti penting dalam setiap investigasi OOS yang terkait dengan stabilitas produk.
Kesimpulan
Kontrol pH dalam industri farmasi jauh lebih dari sekadar prosedur teknis; ia adalah pilar fundamental dari jaminan kualitas produk. Dari memastikan stabilitas kimia zat aktif pada tingkat molekuler hingga menjamin keamanan dan kenyamanan pasien, pH memainkan peran yang tak tergantikan di setiap tahap.
Kita telah melihat bahwa pH adalah variabel utama yang mendasari stabilitas obat, dengan pemahaman ilmiah yang kuat sebagai fondasinya. Pengukuran yang akurat dan dapat dipertahankan, yang dicapai melalui kalibrasi yang teliti dan perawatan instrumen yang cermat sesuai standar CPOB, adalah hal yang tidak bisa ditawar. Terakhir, mengintegrasikan pH sebagai Critical Process Parameter ke dalam sistem mutu secara keseluruhan adalah kunci untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan kesiapan audit. Dengan pengetahuan yang telah dibagikan, Anda kini lebih siap untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, memastikan setiap produk yang Anda tangani stabil, aman, dan efektif.
Untuk memastikan laboratorium Anda dilengkapi dengan instrumen pengukuran yang andal dan akurat, pertimbangkan untuk bermitra dengan pemasok tepercaya. CV. Java Multi Mandiri adalah supplier dan distributor alat ukur dan alat uji, termasuk pH meter berkualitas tinggi yang dirancang untuk memenuhi tuntutan ketat industri farmasi. Kami dapat membantu Anda memenuhi kebutuhan peralatan Anda untuk menerapkan praktik terbaik yang diuraikan dalam panduan ini. Jangan ragu untuk menghubungi kami untuk mendiskusikan kebutuhan spesifik Anda.
This content is for informational and educational purposes for pharmaceutical professionals. It is not intended as a substitute for professional medical advice, diagnosis, or treatment, nor does it replace official regulatory guidelines.
Rekomendasi pH Meter
Conductivity Meter
References
- Del Pozo-Rodríguez, A., Delgado, D., Solinís, M. Á., & Gascón, A. R. (2022). Drug Stability: ICH versus Accelerated Predictive Stability Studies. Pharmaceutics, 14(11), 2535. Retrieved from https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9693625/
- The International Council for Harmonisation of Technical Requirements for Pharmaceuticals for Human Use (ICH). (2003). ICH Harmonised Tripartite Guideline: Stability Testing of New Drug Substances and Products Q1A(R2). Retrieved from https://database.ich.org/sites/default/files/Q1A%28R2%29%20Guideline.pdf
- U.S. Food and Drug Administration (FDA). (N.D.). Guidance for Industry #5 – Drug Stability Guidelines. Retrieved from https://www.fda.gov/media/69957/download
- U.S. Pharmacopeia. (N.D.). General Chapter <791> pH. Retrieved from https://www.usp.org/general-chapter-791-ph
- Badan Standardisasi Nasional (BSN). (N.D.). Panduan Pengukuran pH dengan Teknik Kalibrasi Dua Titik. Retrieved from https://www.bsn.go.id/uploads/download/panduan_pengukuran_ph_meter_dengan_teknik_kalibrasi_dua_titik.pdf